Monday, August 15, 2011
ASKEP Sectio sesaria
I. Pengertian
Section sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
II. Jenis-jenis operasi SC
1. Abdomen (section sesaria abdominalis)
a. SC Transperitonealis
o SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada korpus uteri.)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialis yang baik.
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
o SC Ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim.)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical tranversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebarab isi uterus ke rongga peritoneum.
Perdarahan tidak begitu banyak.
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang/lebih kecil.
Kekurangan :
Luka dapat meleber kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uterine pacah sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. SC ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
2. Vagina (section sesaria vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim , SC dapat dilakukan sb:
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (transversal0
Sayatan huruf T (T insicion)
III. Indikasi
Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC
Proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (dystasia)
• Fetal distress
• His lemah/melemah
• Janin dalam posisi sungsang atau melintang
• Bayi besar (BBL ≥ 4,2 kg)
• Plasenta previa
• Kelainan letak
• Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan anatar ukuran kepala dan panggul)
• Rupture uteri mengancam
• Hydrocephalus
• Primi muda atau tua
• Partus dengan komplikasi
• Panggul sempit
• Problem plasenta
IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (nifas)
Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sdikit kembung
Berat, peritonitis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonialisasi terlalu tingi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
V. Pengkajian
1) Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantumg, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
2) Intregritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya fakto-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tandatidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
3) Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang keringpembatasn puasa pra operasi insufisiensi pancreas/DMpredesposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis.
4) Pernapasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok
5) Keamanan
Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
Adanya defisiensi imun
Munculnya kanker/adanya terapi kanker
Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
Riwayat penyakit hepatic
Riwayat tranfusi darah
Tanda munculnya proses infeksi
VI. Prioritas keperawatan
Mengurangi ansietas dan trauma emosional
Menydiakan keamanan fisik.
Mencegah komplikasi
Meredakan rasa sakit
Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
Menyediakan informasi mengenai proses penyakit
VII. Diagnosis keperawatan
Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan.
Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
VIII. Intervensi
DP tujuan intervensi Rasional
Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan.
Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
Ansietas berkurang setelah diberikan perawatan dengan criteria hasil:
Tidak menunjukan trumatik pada saat membicarakan pembedahan
Tidak tampak gelisah
Tidak merasa takut untuk dilakukan pembedahan yang sama.
Pasien merasa tenang
Infeksi tidak terjadi setelah perawatan 24 jam pertama dengan criteria
Menunjukan kondisi luka yang jauh dari kategori infeksi
Albumin dalam keadaan normal
Suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, tidak demam
Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1 x 24 jam dengan criteria:
Pasien tidak mengeluh nyeri / mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang
Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya psien merasa nyaman
Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu
Berikan nutrisi yang adekuat
Berikan penkes untuk menjaga daya taahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
Lakukan pengkajian nyeri
Lakukan managemen nyeri
Monitoring keadaan insisi luka post operasi
Ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap 2 jam sekali
Kaji status nutrisi secara continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut.
Tekankan pentingnya transisi pada pemberian makan per oral dengan tepat.
Beri waktu mengunyah, menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai indikasi
Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.
Nutrisi yang adekuat akan menghasilkan daya tahan tubuh yang optimal
Dengan adanyapartisipasi dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud
Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda.
Antisipasi nyeri akibat luka post operasi
Mobilitas dapat merangsang peristaltic usus sehingga mempercepat flatus
Memberi kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi
Transisi pemberian makan oral lebih disukai.
Pasien perlu bantuan untuk menghadapi masalah besar anoreksia, kelelahan, kelemahan otot
Referensi
Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Carpenito L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ASKEP/ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA HALUSINASI
A. PENGERTIAN Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak te...
-
A. DEFINISI Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang ber...
-
A. Pengertian Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja...
No comments:
Post a Comment